BAB I
PENDAHULUAN
1.   
Akhlak
Secara Umum
Kata
akhlak merupakan bentuk jamak dari kata khuluq, artinya tingkah laku, perangai,
tabi’at. Sedangkan menurut istilah, akhlak adalah daya kekuatan jiwa yang
mendorong perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa dipikir dan direnung lagi.
Dengan demikian akhlak pada dasarnya adalah sikap yang melekat pada diri
seseorang secara spontan diwujudkan dalam tingkah laku atau perbuatan. Apabila
perbuatan spontan itu baik menurut akal dan agama, maka tindakan itu disebut
akhlak yang baik atau akhlakul karimah (akhlak mahmudah). Misalnya
jujur, adil, rendah hati, pemurah, santun dan sebagainya. Sebaliknya apabila
buruk disebut akhlak yang buruk atau akhlakul mazmumah. Misalnya
kikir, zalim, dengki, iri hati, dusta dan sebagainya.
Kecenderungan manusia kepada
kebaikan terbukti dari persamaan konsep-konsep pokok moral pada setiap peradaban
dan zaman. Perbedaan jika terjadi terletak pada bentuk, penerapan, atau
pengertian yang tidak sempurna terhadap konsep-konsep moral, yang disebut
ma’ruf dalam bahasa Al-Quran. Tidak ada peradaban yang menganggap baik
kebohongan, penipuan, atau keangkuhan. pun tidak ada manusia yang menilai bahwa
penghormatan kepada kedua orang-tua adalah buruk. Tetapi, bagaimana seharusnya
bentuk penghormatan itu? Boleh jadi cara penghormatan kepada keduanya
berbeda-beda antara satu masyarakat pada generasi tertentu dengan masyarakat
pada generasi yang lain. Perbedaan-perbedaan itu selama dinilai baik oleh
masyarakat dan masih dalam kerangka prinsip umum, maka ia tetap dinilai baik. 
Kembali kepada persoalan
kecenderungan manusia terhadap kebaikan, atau pandangan tentang kesucian
manusia sejak lahir, hadis-hadis Nabi Muhammad Saw. pun antara lain
menginformasikannya: “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci (fithrah),
hanya saja kedua orang-tuanya (lingkungannya) yang menjadikan dia Yahudi, Nasrani,
atau Majusi” (HR.Bukhari)
BAB II
PEMBAHASAN
1.   
Pengertian
Akhlak dan Ruang Lingkupnya
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
kata akhlak diartikan sebagai budi pekerti atau kelakuan. Kata akhlak walau pun
terambil dari bahasa Arab (yang biasa berartikan tabiat, perangai kebiasaan,
bahkan agama), namun kata seperti itu tidak ditemukan dalam Al-Quran. Yang
ditemukan hanyalah bentuk tunggal kata tersebut yaitu khuluq yang tercantum
dalam Al-Quran surat Al-Qalam ayat 4, “Sesungguhnya engkau (Muhammad) berada di
atas budi pekerti yang agung” (QS.Al-Qalam : 4).
Kata akhlak banyak ditemukan di
dalam hadis-hadis Nabi Muhammad Saw. salah satunya hadis yang berbunyi: “Aku
hanya diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”. 
Bertitik tolak dari pengertian
bahasa ini, akhlak bisa dimaknai sebagai kelakuan manusia yang beraneka ragam.
Keanekaragaman kelakuan ini antara lain, nilai kelakuan yang berkaitan dengan
baik dan buruk, serta dari objeknya, yakni kepada siapa kelakuan itu ditujukan.
Kecenderungan manusia kepada
kebaikan terbukti dari persamaan konsep-konsep pokok moral pada setiap
peradaban dan zaman. Perbedaan jika terjadi terletak pada bentuk, penerapan,
atau pengertian yang tidak sempurna terhadap konsep-konsep moral, yang disebut
ma’ruf dalam bahasa Al-Quran. Tidak ada peradaban yang menganggap baik kebohongan,
penipuan, atau keangkuhan. pun tidak ada manusia yang menilai bahwa
penghormatan kepada kedua orang-tua adalah buruk. Tetapi, bagaimana seharusnya
bentuk penghormatan itu? Boleh jadi cara penghormatan kepada keduanya berbeda-beda
antara satu masyarakat pada generasi tertentu dengan masyarakat pada generasi
yang lain. Perbedaan-perbedaan itu selama dinilai baik oleh masyarakat dan
masih dalam kerangka prinsip umum, maka ia tetap dinilai baik. 
Kembali kepada persoalan kecenderungan
manusia terhadap kebaikan, atau pandangan tentang kesucian manusia sejak lahir,
hadis-hadis Nabi Muhammad Saw. pun antara lain menginformasikannya: “Setiap
anak dilahirkan dalam keadaan suci (fithrah), hanya saja kedua orang-tuanya
(lingkungannya) yang menjadikan dia Yahudi, Nasrani, atau Majusi” (HR.Bukhari).
Seorang sahabat Nabi Muhammad SAW.
bernama Wabishah bin Ma’bad
berkunjung kepada Nabi Saw., lalu beliau menyapanya dengan bersabda:
berkunjung kepada Nabi Saw., lalu beliau menyapanya dengan bersabda:
“Engkau datang menanyakan kebaikan?”
“Benar, wahai Rasul,” jawab
Wabishah.
“Tanyailah hatimu! Kebajikan adalah sesuatu yang tenang
terhadap jiwa, dan yang tenteram terhadap hati. Sedangkan dosa adalah yang
mengacaukan hati dan membimbangkan dada, walaupun setelah orang memberimu
fatwa” (HR Ahmad dan Ad-Darimi).
Pengertian akhlak menurut para ahli :
1. Imam Ghazali dalam kitab ulumuddin, akhlak adalah suatu
gejala kejiwaan yang sudah mapan dan menetap dalam jiwa, yang dari padanya
timbul dan terungkap perbuatan dengan mudah, tanpa mempergunakan pertimbangan
pikiran terlebih dahulu.
2. Ibnu Maskawaih dalam kitab tahzibul akhlak watathirul
araq, mendifinisikan bahwa akhlaq itu sebagai sikap jiwa seserorang mendorong
untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran. 
3. Prof. Ahmad Amin, mendifinisikan akhlaq adalah adatul
iradah (kehendak yang dibiasakan) lalu menjadi kelaziman (kebiasaan). 
Adapun ruang lingkup akhlak terbagi dalam beberapa bagian :
1. Akhlak terhadap Kholik
Allah menciptakan manusia hanya
untuk menghiasi dan meramaikan dunia. Tidak hanya sebagai kelengkapan, tetapi
berfungsi sebagai makhluk. Allah SWT adalah Al-Khaliq (Maha pencipta) dan
manusia adalah makhluk (yang diciptakan). Manusia wajib tunduk kepada peraturan
Allah. Hal ini menunjukkan kepada sifat manusia sebagai hamba. Kewajiban
manusia terhadap Allah SWT Di antaranya :
Kewajiban diri kita terhadap Allah,
dengan ibadah shalat, dzikir, dan doa
Kewajiban keluarga kita terhadap Allah, adalah dengan mendidik mereka , anak dan isteri agar dapat mengenal Allah dan mampu berkomunikasi dan berdialog dengan Allah.
Kewajiban keluarga kita terhadap Allah, adalah dengan mendidik mereka , anak dan isteri agar dapat mengenal Allah dan mampu berkomunikasi dan berdialog dengan Allah.
Kewajiban harta kita dengan Allah adalah agar harta yang
kita peroleh adalah harta yang halal dan mampu menunjang ibadah kita kepada
Allah serta membelanjakan harta itu dijalan Allah.
2. Akhlak terhadap Makhluk
Prinsip hidup dalam Islam termasuk
kewajiban memperhatikan kehidupan antara sesama orang-orang beriman. Kedudukan
seorang muslim dengan muslim lainnya adalah ibarat satu jasad, dimana satu
anggaota badan dengan anggota badan lainnya mempunyai hubungan yang erat. Hak
orang Islam atas Islam lainnya ada 6 perkara :
Apabila
berjumpa maka ucapkanlah salam
Apabila ia mengundangmu maka penuhilah undangan itu
Apabila meminta nasehat maka berilah nasihat
Apabila ia bersin lalu memuji Allah maka doakanlah
Apabila ia sakit maka tengoklah
Apabila ia meninggal dunia maka iringilah jenazahnya.
Apabila ia mengundangmu maka penuhilah undangan itu
Apabila meminta nasehat maka berilah nasihat
Apabila ia bersin lalu memuji Allah maka doakanlah
Apabila ia sakit maka tengoklah
Apabila ia meninggal dunia maka iringilah jenazahnya.
Pengertian Akhlak secara umum
Kata akhlak merupakan bentuk jamak dari kata khuluq, artinya tingkahlaku,
perangai, tabi’at. Sedangkan menurut istilah, akhlak adalah daya kekuatan jiwa
yang mendorong perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa dipikir dan direnung
lagi. Dengan demikian akhlak pada dasarnya adalah sikap yang melekat pada diri
seseorang secara spontan diwujudkan dalam tingkah laku atau perbuatan. Apabila
perbuatan spontan itu baik menurut akal dan agama, maka tindakan itu disebut
akhlak yang baik atau akhlakul karimah
(akhlak mahmudah). Misalnya jujur, adil, rendah hati, pemurah, santun
dan sebagainya. Sebaliknya apabila buruk disebut akhlak yang buruk atau akhlakul mazmumah. Misalnya kikir,
zalim, dengki, iri hati, dusta dan sebagainya. Baik dan buruk akhlak didasarkan
kepada sumber nilai, yaitu Al Qur’an dan Sunnah Rasul.Di samping akhlak dikenal
pula istilah moral dan etika. Moral berasal dari bahasa Latin mores yang
berarti adat kebiasaan. Moral selalu dikaitkan dengan ajaran baik buruk yang
diterima umum atau masyarakat. Karena itu adat istiadat masyarakat menjadi
standar dalam menentukan baik dan buruknya
Suatu perbuatan. Misalnya berpakaian minim di pantai Kuta Bali itu biasa
saja,dianggap tidak melanggar norma karena budaya itu diterima masyarakat.
2. Perbedaan antara akhlak, moral dan etika
Perbedaan antara akhlak dengan moral dan etika dapat dilihat dari dasar
penentuan atau standar ukuran baik dan buruk yang digunakannya. Standar baik
dan buruk akhlak berdasarkan Al Qur’an dan Sunnah Rasul, sedangkan moral dan
etika berdasarkan adat istiadat atau kesepakatan yang dibuat oleh suatu
masyarakat jika masyarakat menganggap suatu perbuatan itu baik maka baik
pulalah nilai perbuatan itu. Dengan demikian standar nilai moral dan etika
bersifat lokal dan temporal, sedangkan standar akhlak bersifat universal dan
abadi. Dalam pandangan Islam, akhlak merupakan cermin dari apa yang ada dalam
jiwa seseorang. Karena itu akhlak yang baik merupakan dorongan dari keimanan
seseorang, sebab keimanan harus ditampilkan dalam prilaku nyata sehari-hari.
Inilah yang menjadi misi diutusnya Rasul sebagaimana disabdakannya :
“ Aku hanya diutus untuk menyempurnakan akhlak
manusia.”(Hadits riwayat Ahmad)
Secara umum dapat dikatakan bahwa akhlak yang baik pada dasarnya adalah
akumulasi dari aqidah dan syari’at yang bersatu secara utuh dalam diri
seseorang. Apabila aqidah telah mendorong pelaksanaan syari’at akan lahir
akhlak yang baik, atau dengan kata lain akhlak merupakan perilaku yang tampak
apabila syari’at Islam telah dilaksanakan berdasarkan aqidah.
Moral
berasal dari bahasa latin yaitu mos, yang
berarti adat istiadat
yang menjadi dasar untuk mengukur apakah perbuatan seseorang baik atau buruk.
Dapat dikatakan baik buruk suatu perbuatan secara moral, bersifat lokal. Dari
segi istilah, moral adalah suatu istilah yang digunakan untuk menentukan
batas-batas dari sifat, kehendak, pendapat atau perbuatan yang secara layak
dapat dikatakan benar, salah, baik atau buruk.
Etika
berasal dari bahasa Yunani, ethos, yang berarti adat istiadat ( kebiasaan ),
kecenderungan hati untuk melakukan perbuatan. Dalam kamus umum bahasa
Indonesia, etika diartikan ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan
tentang hak dan kewajiban moral (akhlak). Dari pengertian kebahasaan ini
terlihat bahwa etika berhubungan dengan upaya menentukan tingkah laku manusia.
Etika adalah ilmu
yang membahas tentang moralitas atau tentang manusia sejauh
berkaitan dengan moralitas. Etika lebih banyak dikaitkan dengan ilmu atau
filsafat, karena itu yang menjadi standar baik dan buruk itu adalah akal manusia.
Etika terdiri dari tiga pendekatan, yaitu etika deskriptif, etika normatif, dan metaetika. Kaidah etika yang
biasa dimunculkan dalam etika deskriptif adalah adat kebiasaan,
anggapan-anggapan tentang baik dan buruk, tindakan-tindakan yang diperbolehkan
atau tidak diperbolehkan. Sedangkan kaidah yang sering muncul dalam etika normatif, yaitu hati nurani, kebebasan dan
tanggung jawab, nilai dan norma, serta hak dan kewajiban.
Selanjutnya yang termasuk kaidah dalam metaetika adalah ucapan-ucapan yang dikatakan
pada bidang moralitas.
Jika dibandingkan dengan moral, maka etika lebih bersifat teoritis
sedangkan moral bersifat praktis. Moral bersifat lokal atau khusus dan etika
bersifat umum.
3. Akhlak terhadap Allah, Sesama manusia, dan Lingkungan Hidup.
1. Akhlak kepada Allah
a.Beribadah
kepada Allah, yaitu melaksanakan perintah Allah untuk menyembah-Nya sesuai
dengan perintah-Nya. Seorang muslim beribadah membuktikan ketundukkan terhadap
perintah Allah.
b.Berzikir
kepada Allah, yaitu mengingat Allah dalam berbagai situasi dan kondisi, baik
diucapkan dengan mulut maupun dalam hati. Berzikir kepada Allah melahirkan
ketenangan dan ketentraman hati.
c.Berdo’a
kepada Allah, yaitu memohon apa saja kepada Allah. Do’a merupakan inti ibadah,
karena ia merupakan pengakuan akan keterbatasan dan ketidakmampuan manusia,
sekaligus pengakuan akan kemahakuasaan Allah terhadap segala sesuatu. Kekuatan
do’a dalam ajaran Islam sangat luar biasa, karena ia mampu menembus kekuatan
akal manusia. Oleh karena itu berusaha dan berdo’a merupakan dua sisi tugas
hidup manusia yang bersatu secara utuh dalam aktifitas hidup setiap
muslim.Orang yang tidak pernah berdo’a adalah orang yang tidak menerima
keterbatasan dirinya sebagai manusia karena itu dipandang sebagai orang yang
sombong ; suatu perilaku yang tidak disukai Allah.
d.Tawakal
kepada Allah, yaitu berserah diri sepenuhnya kepada Allah dan menunggu hasil
pekerjaan atau menanti akibat dari suatu keadaan.
e.Tawaduk
kepada Allah, yaitu rendah hati di hadapan Allah. Mengakui bahwa dirinya rendah
dan hina di hadapan Allah Yang Maha Kuasa, oleh karena itu tidak layak kalau
hidup dengan angkuh dan sombong, tidak mau memaafkan orang lain, dan pamrih
dalam melaksanakan ibadah kepada Allah.
2. Akhlak kepada sesama manusia
a. Akhlak kepada diri sendiri
(1) Sabar, yaitu prilaku seseorang terhadap
dirinya sendiri sebagai hasil dari pengendalian nafsu dan penerimaan terhadap
apa yang menimpanya.Sabar diungkapkan ketika melaksanakan perintah, menjauhi
larangan dan ketika ditimpa musibah.
(2) Syukur, yaitu sikap berterima kasih
atas pemberian nikmat Allah yang tidak bisa terhitung banyaknya. Syukur
diungkapkan dalam bentuk ucapan dan perbuatan. Syukur dengan ucapan adalah
memuji Allah dengan bacaan alhamdulillah, sedangkan syukur dengan perbuatan
dilakukan dengan menggunakan dan memanfaatkan nikmat Allah sesuai dengan
aturan-Nya.
(3) Tawaduk, yaitu rendah hati, selalu
menghargai siapa saja yang dihadapinya, orang tua, muda, kaya atau miskin.
Sikap tawaduk melahirkan ketenangan jiwa, menjauhkan dari sifat iri dan dengki
yang menyiksa diri sendiri dan tidak menyenangkan orang lain
.
b. Akhlak kepada ibu bapak
Akhlak kepada ibu bapak adalah berbuat baik kepada keduanya dengan ucapan
dan perbuatan. Berbuat baik kepada ibu bapak dibuktikan dalam bentuk-bentuk
perbuatan antara lain : menyayangi dan mencintai ibu bapak sebagai bentuk
terima kasih dengan cara bertutur kata sopan dan lemah lembut, mentaati
perintah, meringankan beban, serta menyantuni mereka jika sudah tua dan tidak
mampu lagi berusaha.
c. Akhlak kepada keluarga
Akhlak terhadap keluarga adalah mengembangkann kasih sayang di antara
anggota keluarga yang diungkapkan dalam bentuk komunikasi.
Komunikasi yang didorong oleh rasa kasih sayang yang tulus akan dirasakan
oleh seluruh anggota keluarga. Apabila kasih sayang telah mendasari komunikasi
orang tua dengan anak, maka akan lahir wibawa pada orang tua. Demikian
sebaliknya, akan lahir kepercayaan orang tua pada anak oleh karena itu kasih
sayang harus menjadi muatan utama dalam komunikasisemua pihak dalam keluarga.
Dari komunikasi semacam itu akan lahir saling keterikatan batin, keakraban,
dan keterbukaan di antara anggota keluarga dan menghapuskan kesenjangan di
antara mereka. Dengan demikian rumah bukan hanya menjadi tempat menginap,
tetapi betul-betul menjadi tempat tinggal yang damai dan menyenangkan, menjadi
surga bagi penghuninya. Melalui komunikasi seperti itu pula dilakukan
pendidikan dalam keluarga, yaitu menanamkan nilai-nilai moral kepada anak-anak
sebagai landasan bagi pendidikan yang akan mereka terima pada masa-masa
selanjutnya.
3. Akhlak kepada lingkungan
Misi agama Islam adalah mengembangkan rahmat bukan hanya kepada manusia
tetapi juga kepada alam dan lingkungan hidup. Misi tersebut tidak terlepas dari
tujuan diangkatnya manusia sebagai khalifah di muka bumi,yaitu sebagai wakil
Allah yang bertugas mamakmurkan, mengelola dan melestarikan alam. Berakhlak
kepada lingkungan hidup adalah menjalin dan mengembangkan hubungan yang
harmonis dengan alam sekitarnya.
BAB
III
PENUTUP
1.   
Kesimpulan
Kata akhlak merupakan bentuk jamak dari kata khuluq, artinya tingkahlaku,
perangai, tabi’at. Sedangkan menurut istilah, akhlak adalah daya kekuatan jiwa
yang mendorong perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa dipikir dan direnung
lagi. Dengan demikian akhlak pada dasarnya adalah sikap yang melekat pada diri
seseorang secara spontan diwujudkan dalam tingkah laku atau perbuatan. Apabila
perbuatan spontan itu baik menurut akal dan agama, maka tindakan itu disebut
akhlak yang baik atau akhlakul
karimah (akhlak mahmudah). Misalnya jujur, adil, rendah hati, pemurah,
santun dan sebagainya. Sebaliknya apabila buruk disebut akhlak yang buruk atau akhlakul mazmumah. Misalnya kikir,
zalim, dengki, iri hati, dusta dan sebagainya. Baik dan buruk akhlak didasarkan
kepada sumber nilai, yaitu Al Qur’an dan Sunnah Rasul.Di samping akhlak dikenal
pula istilah moral dan etika. Moral berasal dari bahasa Latin mores yang
berarti adat kebiasaan. Moral selalu dikaitkan dengan ajaran baik buruk yang
diterima umum atau masyarakat. Karena itu adat istiadat masyarakat menjadi
standar dalam menentukan baik dan buruknya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar